EsaiMatur Opini

Arti Dari Kata Ikhlas Yang Sesungguhnya

Kata ikhlas mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Ketika seseorang ditanya ikhlas atau tidak dan lisannya menjawab ikhlas terkadang kita tidak tahu bagaimana dengan kondisi hatinya, apakah benar-benar ikhlas atau tidak. Memiliki sifat ikhlas memang sangat sulit karena terkadang didalam hati masih ada niatan-niatan yang tertuju bukan karena-Nya.

Ikhlas dan niat memiliki hubungan yang sangat erat. Ketika hati kita  sudah yakin dalam melakukan sesuatu dan  niatnya hanya karena Allah, maka disitu timbul rasa ikhlas yang sesungguhnya. Ketika hati kita  sudah yakin dalam melakukan sesuatu dan  niatnya hanya karena Allah, maka disitu timbulah rasa ikhlas yang sesungguhnya. Ketika dilihat dari penjelasan diatas pasti kita merasa sulit sekali untuk memiliki rasa niat. Menurut Syekh Muhammad Nawawi menyebutkan bahwasannya ikhlas dibagi dalam tiga tingkatan.

Pertama, yang merupakan tingkatan tertinggi yaitu membersihkan perbuatan dari perhatian makhluk (manusia) dimana tidak ada yang diinginkan dengan ibadahnya selain menuruti perintah Allah dan melakukan hak penghambaan, bukan mencari perhatian manusia berupa kecintaan, pujian, harta, dan sebagainya. Maksud dari tingkatan yang pertama ini bahwasanya ia melakukan amalan atau ibadah benar-benar tidak memiliki tujuan apapun selain hanya karena perintah Allah dan tidak mengharap imbalan apapun. Termasuk tidak mengharap surga kelak di akhirat.

Kedua, pada tingkatan ini orang melakukan amalannya karena Allah. Namun dibalik itu ada keinginan agar dengan ibadahnya kelak di akherat akan mendapatkan pahala yang besar dari Allah. Ia berharap dengan ibadahnya ia akan selamat dari api neraka dan akan memasukannya ke surga. Beribadah dengan niatan seperti ini masih dikategorikan ikhlas, hanya saja bukan ikhlas yang sesungguh-sungguhnya ikhlas.

Baca Juga  Kita Yang Tak Sempat Menjadi Apa

Ketiga, melakukan perbuatan karena Allah agar diberi bagian duniawi seperti kelapangan rizki dan terhindar dari hal-hal yang menyakitkan. Tingkatan ini merupakan tingkatan yang paling rendah dimana seseorang beribadah dilakukan karena Allah namun ia mengharap imbalan duniawi. Seperti orang yang melakukan shalat dhuha dengan motivasi supaya diluaskan rejekinya, melakukan shalat malam agar mendapatkan kemuliaan. Hal tersebut masih bisa dikatakan ikhlas karena agama sendiri menawarkan imbalan seperti itu untuk memotivasi kita. Hanya saja tingkatannya berada pada ikhlas yang paling rendah.

Setelah melihat penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwasannya ikhlas memiliki tiga tingkatan. Tingkatan yang pertama merupakan tingkatan ikhlas yang sesungguhnya, tapi bukan berarti tingkatan kedua ataupun ketiga tidak disebut ikhlas. Karena sesungguhnya ikhlas itu termasuk perkara hati yang kita tidak tahu dan tidak bisa menilai,  apakah niat kita itu benar-benar diterima atau tidak oleh Allah. Pada intinya seseorang bisa dikatakan ikhlas itu hanya Allah yang bisa menilai karena hanya Allah  yang mengetahui isi hati seseorang. Tugas kita hanyalah berusaha menumbuhkan sifat ikhlas dengan cara seberusaha mungkin melakukan ibadah yang  berniat hanya karena Allah.


Editor : Marham Sari Zainuddin

Ilustrator : Sofyan Adi Nugroho

5 1 vote
Article Rating

Lilik Azkiyah zilfi

Mahasiswa iiq an nur Yogyakarta fakultas Ushuluddin jurusan Ilmu Al-Qur'an dan tafsir

Related Articles

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Back to top button