Membangun Literasi Digital Pelajar

Globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada zaman ini adalah hal yang tidak boleh kita nafikkan keberadaannya. Era Globalisasi dan perkembangan IPTEK kedatangannya begitu cepat sehingga mau atau tidak kita harus siap menjemputnya. Saat ini mesin pencari kebenaran telah tergantikan dengan mesin pencari elektronik seperti Geogle, yahoo, dan lainnya. Dengan mesin pencari elektronik ini membuat segala sesuatu terjamu dengan baik dan instan di Internet. Dengan sentuhan mudah jari telunjuk mencari apa pun yang ingin diketahuinya. Hingga membuat akal dan pikiran bisa beristirahat tenang dan membuat akal pikiran menjadi malas bekerja.
sekarang, orang-orang sudah sangat bergantung kepada internet. Sehingga pola pikir, opini, dan kepercayaannya bersumber pada Internet. Akal pikiran seperti tidak lagi terpakai secara kritis, hanya menerima begitu saja sehingga akal pikiran menjadi malas dan tidak cerdas. Disamping dampak negatif, Internet juga memiliki dampak positif bila dimanfaatkan dengan baik. Peluang dan tantangan ini harus menjadi perhatian penting bagi kita semua bila tidak ingin dampak internet menjadi faktor penurunan SDM.
Hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2018, jumlah pengguna internet di indonesia sebesar 171,1 juta naik sebesar 27,9 juta dari tahun lalu berjumlah 143,2 juta. Dari jumlah pengguna internet tersebut di dominasi oleh kaum milineal. Menariknya, remaja yang berada di usia 10-14 tahun sudah mulai banyajk yang menggunakan internet, yakni sebanyak 66,2 persen. Hal ini disebabkan anak-anak yang duduk dibangku SD, sudah diperkenalkan dengan internet. Selain itu, dari data APJII terlihat jika mereka yang duduk dibangku sekolah lebih banyak menggunakan internet dibandingkan masyarakat yang lulus dengan periode tingkat pendidikan tertentu. Misalnya, mereka yang tamat di bangku SMP tercatat menggunakan internet sebanyak 63,5 persen pengguna internet, sedangkan yang masih duduk di bangku SMP menggunakan internet sebanyak 80,4 persen. Begitu juga dengan mereka yang tamatan SMA tercatat sebanyak 80,6 persen yang menggunakan internet sedangkan yang masih duduk dibangku SMA sebanyak 90,2 persen.
Dari hasil survey tersebut memperlihatkan bahwa sumbangsi penetrasi internet dibangku sekolah sangat berkontribusi besar. Hal ini kemudian pelajar lebih banyak menghabiskan waktunya berselancar bebas di Jejaring Network. Pertanyaaan yang kemudian muncul adalah Sudah seberapa banyak kegiatan positif yang dilakukan di internet ?, Apa yang sudah dihasilkan dan sumbangkan bagi warganet ?. kalau jawabannya tidak ada, apa yang harus kita lakukan, Apalagi kedepan ini kita akan menghadapi Bonus demografi Indonesia emas tahun 2030, jangan sampai bonus demografi ini menjadi celaka demografi untuk generasi kedepan akibat dari kurangnya pemahaman kita terhadap literasi digital.
Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kecerdasan dan pengetahuan. Kecerdasan dan pengetahuan dihasilkan oleh seberapa ilmu pengetahuan yang didapat, sedangkan ilmu pengetahuan diperoleh dari informasi lisan maupun tulisan. Namun, ironisnya pelajar lebih banyak menggunakan gadget untuk hiburan dan main game online sehingga minat baca dan daya pikir kritis pelajar sangat kurang dan lebih asyik menjadi generasi konsumtif dibandingkan berpartisipasi positif di dunia maya. Olehnya itu, budaya literasi digital sangat berperan dalam menciptakan masyarakat yang cerdas yang mana nantinya akan membentuk bangsa berkualitas. Sebuah kesalahan besar meminggirkan isu ini dari perbincangan publik.
Editor : Marham Sari Zainuddin
Ilustrator : Sofyan Adi Nugroho