EsaiMatur Opini

Mewujudkan Masyarakat Madani Melalui Budaya Literasi

Sejak dulu semua orang mendambakan kehidupan yang aman, damai, dan sejahtera. Begitu pula yang dicita-citakan masyarakat Indonesia, yaitu kehidupan adil dan makmur bagi seluruh lapisan masyarakat. Untuk mencapainya, berbagai sistem kenegaraan muncul, misalnya demokrasi. Cita-cita suatu masyarakat tidak mungkin dicapai tanpa mengoptimalkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini terlaksana apabila semua bidang pembangunan bergerak secara terpadu yang menjadikan manusia sebagai subjek. Pengembangan masyarakat sebagai sebuah kajian keilmuan dapat menyentuh keberadaan manusia yang berperadaban. Pengembangan masyarakat merupakan sebuah proses yang merubah watak, sikap dan perilaku masyarakat ke arah pembangunan yang dicita-citakan. Indikator dalam menentukan kemakmuran suatu bangsa sangat bergantung pada situasi dan kondisi masyarakatnya.

Masyarakat Madani dan Budaya Literasi

Munculnya istilah masyarakat madani pada era reformasi tidak terlepas dari kondisi politik negara yang berlangsung selama ini. Sejak Indonesia merdeka, masyarakat belum merasakan makna kemerdekaan yang sesungguhnya. Pemerintah atau penguasa belum banyak memberi kesempatan bagi semua lapisan masyarakat mengembangkan potensinya secara maksimal.

Masyarakat madani berarti masyarakat yang menjunjung tinggi peradaban dengan parameter literasi. Istilah masyarakat madani pertama kali dikenalkan oleh seorang perdana menteri Malaysia yang bernama Anwar Ibrahim. Menurutnya, masyarakat madani merupakan sistem sosial yang subur berdasarkan prinsip moral yang menjamin keseimbangan antara kebebasan individu dengan kestabilan masyarakat.

Menurut Dawam Raharjo, masyarakat madani adalah proses penciptaan peradaban yang mengacu kepada nilai-nilai kebijakan bersama. Sedangkan dalam KBBI mendefinisikan masyarakat madani yaitu masyarakat yang menjunjung tinggi nilai, norma, dan hukum yang ditopang oleh penguasaan iman, ilmu, dan teknologi yang berperadaban.

Pendapat para ahli tentang pengertian masyarakat madani memang beragam. Namun para ahli memiliki satu pandangan tentang ciri masyarakatnya, yakni berkeadaban. Peradaban yang baik bisa tercipta apabila masyarakatnya literal.

Baca Juga  Analisis Sesat Pikir (Logical Fallacy) dalam Memahami Permendikbud Ristek No. 30 Tahun 2021

Semakin literal suatu masyarakat, semakin tinggi pula harapan peradaban bisa terbentuk. Kemampuan literasi menjadi pintu gerbang pemerolehan pengetahuan. Dengan literasi pula suatu karya tetap lestari. 

Upaya Membangun Budaya Literasi

Membangun masyarakat madani melalui literasi dapat dilakukan secara intens dan berkesinambungan. Tentu, ada beberapa langkah yang dapat ditempuh untuk menggiatkan literasi.

Pertama merevitalisasi perpustakaan yang ada. Perpustakaan yang selayaknya menjadi tempat ternyaman masyarakat menghabiskan waktu senggang. Indikator perpustakaan yang baik tidak terletak dari jumlah koleksi bukunya, melainkan pada aspek kebermanfaatan. Maksudnya, masyarakat memanfaatkan sebaik mungkin perpustakaan sebagai sumber rujukan utama.

Tentu akan ada ketertarikan masyarakat terhadap perpustakaan karena ada nilai jual yang ditawarkan. Semisal dengan cara menata perpustakaan sedemikian rupa dengan menghadirkan spot-spot swafoto. Serta inovasi lainnya yang akan mengantarkan perpustakaan menjadi tempat favorit masyarakat.

Kedua, mengagendakan gerakan pojok literasi maupun taman baca secara rutin. Dengan tujuannya menghimpun serta mengajak kepada seluruh elemen masyarakat untuk gemar belajar (learning society) dengan cara menggelar atau membuka lapak di pinggiran kota dengan disediakan banyak buku bacaan dengan beragam genre yang kemudian harapannya bisa menarik masyarakat untuk bisa membaca, belajar, dan bermain bersama.

Ketiga, mengajak seluruh lapisan masyarakat baik di sekolah maupun pemerintahan untuk membiasakan membaca buku minimal 15 menit sebelum belajar bagi siswa dan sebelum memberi pelayanan bagi pegawai pemerintahan. Pembiasaan ini diharapkan menjadi karakter yang pada akhirnya menjadi budaya. Bila membaca sudah membudaya, bisa dipastikan akan terbentuk masyarakat literal. Masyarakat yang literal kemudian melahirkan sumber daya yang unggul. Harapannya dengan sumber daya yang memadai, setiap daerah yang belum begitu berkembang hanya menunggu waktu akan menjadi daerah maju dan berperadaban madani.

Baca Juga  Menjadikan Ramadan Sebagai Wahana Evaluasi Diri

Keempat, mendirikan program madrasah literasi dengan sasaran target anak-anak di pinggir jalanan kota yang tak mampu bersekolah serta orang tua yang tak mampu menyekolahkan anaknya. Kita fasilitasi mereka sebuah ruang belajar dengan konsep yang berbeda dari sekolah pada umumnya. Sementara itu, sistem pembelajarannya dijalankan dengan menggunakan media buku. Anak-anak yag menjadi sasaran kegiatan akan kita ajari, bimbing dan bina sehingga mereka bisa belajar membaca, memahami, serta mencermati setiap buku yang ia baca. Di madrasah literasi itu sendiri mereka akan kita ajarkan kepada mereka bagaimana menjadi murid sekaligus guru. 

Terakhir, membuat program sanggar binaan (rumah baca). Adanya program sanggar binaan (rumah baca) setidaknya bisa melahirkan keluarga-keluarga yang literal. Keluarga literal bisa membentuk masyarakat literal. Masyarakat literal nantinya akan membentuk peradaban unggul.

Akan terbayang wajah manis masyarakat di masa depan, jika secara hierarki sistem ini berjalan dari tingkat paling bawah sampai tingkat paling atas. Atas dasar tersebut, penguatan literasi dari tingkat paling bawah mutlak dilakukan. Adanya rumah baca di setiap dusun, juga dapat menjadi stimulus bagi keluarga lain yang belum literal menjadi keluarga literal.


Editor : Amilia Buana Dewi Islamy

Ilustrator : Sofyan Adi Nugroho

5 1 vote
Article Rating

M Arif Kriswanto

Mahasiswa S1 Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Semarang Dan Aktivis IMM

Related Articles

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Back to top button