Toleransi Yang Ternoda

Toleransi antar umat beragama kembali ternoda oleh ulah oknum tak bertanggung jawab bernama Joseph Paul Zhang (JPZ). Ia adalah seorang evangelis dengan gelar M.Th pendiri Hagios Apologetic Center di Eropa. Ia beberapa kali memurtadkan umat islam melalui seminar online yang ia selenggarakan.
Tindakan pemurtadan semakin marak di Indonesia.Issue intoleran semakin banyak. Anwar Abbas, wakil ketua umum MUI menyebut banyak orang Islam di Indonesia murtad karena miskin (makassar.terkini.id, 27/01). Penjagaan aqidah umat Islam saat ini menjadi hal yang berat di tengah beratnya ujian hidup lainnya, ditambah lagi arus pemurtadan yang makin masif seperti yang dilakukan JPZ atas nama kebebasan berpendapat dan beragama yang dijamin demokrasi.
Akibatnya, umat sulit memilah informasi yang mengarah pada pemurtadan atas nama toleransi. pada hakikatnya keberagaman dalam hidup pasti ada namun dengan adanya sikap toleransi membuat semua orang mampu menghargai perbedaan.
Karenanya, perlu upaya bersama antara individu, masyarakat, dan negara agar toleransi tidak ternoda oleh pemurtadan. Dalam aspek individual, Allah menegaskan konsep toleransi yang benar dalam surah Al Kaafirun. Tidak ada kompromi dalam masalah aqidah dan ibadah. Dalam aspek komunitas, Allah memerintahkan untuk saling menasehati sebagai mana tertuang dalam surah Al ‘Ashr.
Sedangkan dalam aspek negara, kepala negara wajib memberikan edukasi terkait toleransi melalui lembaga penyiaran resmi yang juga wajib memantau setiap informasi yang beredar dalam berbagai media dan memberi sanksi kepada pihak-pihak pelaku pemurtadan. Rasulullah telah memberi teladan sempurna dalam hal toleransi beragama. Piagam Madinah yang telah ditetapkan pada tahun 1 Hijriyah atau 622 M oleh Rasulullah menjadi buktinya. Lalu ini diikuti oleh para Khalifah setelahnya.
Begitu indah toleransi beragama jika Islam diterapkan secara kaffah oleh negara untuk mengatur masyarakat yang multikultural. Orientalis Inggris, T.W. Arnold, secara jujur dalam bukunya The Preaching of Islam: A History of the Propagation of the Muslim Faith, hlm. 134, menyebut keadilan Khilafah Islamiyah membuat warga Kristen Syam lebih memilih hidup di bawah kekuasaan Khilafah dibandingkan dipimpin oleh Kaisar Romawi. Padahal Kaisar Romawi beragama Kristen. Perlakuan terhadap warga Kristen oleh pemerintahan Khilafah Turki Utsmani—selama kurang lebih dua abad setelah penaklukan Yunani—telah memberikan contoh toleransi keyakinan yang sebelumnya tidak dikenal di daratan Eropa. Masyaallah.. inilah teladan toleransi yang perlu diikuti di negeri ini. Wallahu A’laam.
Editor : Isnaini Sofiana
Ilustrator : M. Aidrus Asyabani