AnekdotMatur Opini

Cintaku Kandas saat Sedang Mumet Skripsian

Kamu yang sedang butuh semangat tapi justru dipegat

Keriyana Mahanani

Persoalan percintaan memang sudah menjadi bagian yang manis bagi kaumnya. Tak jarang ditemukan sesosok dengan second account di twitter yang kemudian spill mengenai keruwetan hubungan percintaannya. Tidak peduli soal privasi atau aib yang bakal jadi konsumsi publik. Persoalan percintaan telah menjadi polemik yang membuncah. Tidak hanya membuncah media sosial, namun juga membuncah di pikiran seseorang. Aseekk….. ehehhe

Putus atau terus?

Menjadi mahasiswa tingkat akhir ditambah dengan predikat mahasiswa tua yang tidak kunjung lulus, terasa sangat meresahkan. Jika skripsi bukan beban, lalu mengapa terasa begitu berat di depan. Menunggu tulisan yang tidak kunjung direvisi, dosen yang sulit dihubungi, ganti judul tiada henti, hingga jadi lupa diri. Sebenarnya, saya tidak sedang perang dengan siapapun kecuali perang dengan diri sendiri. Mengalahkan hal-hal yang membangun rasa malas namun membalas pesan si doi tidak pernah sedikitpun malas, kencan langsung di gasssss.

Menyadari bahwa peran pujaan hati menjadi sangat berharga. Ibaratnya pacarku adalah semangatku, ia adalah candu. Tetap mencinta meskipun beda agama, menjadi spirit yang membara. Namun, ditengah proses penulisan skripsi dengan penuh keruwetan. Skripsi tak kunjung selesai tapi kekasih bilang kalau “hubungan kita sudah selesai”. Sontak, kalimat tersebut memicu perdebatan seperti spektrum trading forex dan menghasilkan alibi yang bisa ditulis satu bab panjangnya.

Putus atau terus, seperti lagunya Judika, bertanya- tanya soal perasaan pada dua hal yang menjadi pilihan memusingkan. Tidak cukup pusing dengan skripsi, saya justru menambah rasa pusing dengan persoalan asmara. Namun, akan tambah pusing jika tidak buru-buru dirampungkan. Mirip seperti para remaja yang berkata “kita putus dulu ya, aku mau fokus ujian”. Bahwa sebenarnya, pilihan putus memang menjadi keputusan terbaik dari yang terburuk ditengah hubungan yang semakin mengganggu pikiran.

Baca Juga  Generasi Muda Melek Literasi dengan Digital

Putus memang damage-nya benar terasa sampai ke tulang. Seperti Pamungkas bahwa aku menginginkanmu - To the bone, tapi kekasihku justru memilih Gone, dan berkata we’re already done. Menusuk kalbu, meskipun sulit untuk melepasmu tapi menjadi lucu jika aku terus memintamu untuk kembali padaku. Begitulah ketika seseorang terasa seperti menyiram kebun bunga sendirian dalam sebuah hubungan. Berusaha untuk melepasmu seperti Anji Drive. Menyadari bahwa semakin ku menyayangimu, semakin ku harus melepasmu dari hidupku. Interpretasi melepas kekasih sama halnya dengan membuang jutaan giga kenangan yang tersimpan dalam drive hidupmu yang cukup memakan tempat.

Lalu mengapa terasa sangat berat?

Orang yang mabuk asmara merasa bahwa cinta terasa seperti narkoba, karena kadang seseorang juga memiliki rasa ketergantungan terhadap pasangannya. Nah, ketergantungan akan kebahagiaan, kesenangan, dan hiburan yang datang dari pasangan ini sejujurnya bisa menjadi sebuah hubungan yang parah sih, maksud saya parashhit. Mengapa bisa? karena jika ekspektasi kita terhadap pasangan tidak terpenuhi maka akan timbul perasaan kecewa, sakit hati dan perasaan buruk lainnya. Tiap malam jadi overthinking, padahal akan lebih bermanfaat kalau waktunya dipakai buat nyicil skripsi yang bikin pening.

Percintaan kandas, hati seperti babak bundas dihantam kenyataan. Pengalaman diputusin dalam hubungan percintaan memaksa harus bekerja keras untuk memulihkan hati yang telah patah. Meskipun hanya percintaan, tapi efeknya sangat besar dan menjalar kemana-mana. Kadang bisa bikin kita nangis berhari hari, lemah, letih, lesu, lunglai, hingga tidak nafsu makan. Menjalani hari hari akan terasa berat ditambah luka hati yang tak kunjung menemukan obat.

Fokus pada diri sendiri, merampungkan skripsi

Seminggu dua minggu atau sampai batas waktu yang tidak ditentukan setelah tragedi ditinggal mantan akan terasa seperti beban. Tapi percayalah, untuk segala sesuatu ada masanya. Jadi, mengambil laptop dan menyelesaikan skripsi yang mangkrak adalah pilihan yang tepat. Meskipun patah hati menghambat prosesmu, justru ini waktu yang tepat untuk membuktikan perjuangan untuk memperoleh gelarmu. Saat ini berlalu, semua bukan apa-apa, kamu tidak akan mempercayainya, tetapi kamu akan membicarakannya seperti lelucon. Hingga datang waktunya kamu siap diwisuda dengan membawa tangisan terbaik. Membungkus luka yang masih menganga dengan ijazah tak berwarna. Lalu mulut kecilmu mengeluarkan nada dengan tarikan napas panjang dan berkata “aku butuh waktu untuk sendiri”. Itulah kalimat untuk kamu saat menangisi dia yang seharusnya ada di foto wisuda meskipun skripsi masih saja tertunda.

Baca Juga  Manfaat & Eksistensi Politik Pancasila

Sudah, sudah, jelas tidak ada konklusi konkrit dalam polemik percintaan. Karena babakan percintaan memang tidak bisa dipahami secara mendetil tentang sebab dan akibat yang ditimbulkan. Begitu juga, tidak ada solusi yang ditawarkan kecuali memahami dan meresapi diri sendiri. Demikian juga penghakiman kepada tindakan seseorang sebagai respon atas peristiwa yang terjadi dalam kehidupan tidak sepatutnya terjadi. Karena meskipun seseorang mengalami kejadian yang serupa, tentu situasi, kondisi dan toleransinya akan berbeda. Untuk setiap hati yang telah patah, tetap semangat meskipun hanya sedikit semangat yang tersisa.


Editor : Isnaini Sofiana

Ilustrator : Sofyan Adi Nugroho

4.9 18 votes
Article Rating

Keriyana Mahanani

Seorang mahasiswa seni yang tak kunjung lulus

Related Articles

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Back to top button