Menjadikan Ramadan Sebagai Wahana Evaluasi Diri


Sebelumnya, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berribu – ribu kenikmatan, sehingga kita berkesempatan untuk melakukan aktivitas yang insyaallah bermanfaat untuk semuanya.
Bicara tentang syukur, memang hal ini bisa dikatakan gampang gampang susah. Gampang diucapkan, susah dipraktikkan. Pasalnya tidak semua orang mengerti bagaimana merealisasikan perkara syukur ini dengan baik.
Yang saya fahami, ada dua hal terkait syukur yang sangat penting, syukur secara vertikal dan syukur secara horisontal. Secara vertikal tentu kebanyakan orang telah memahami, bahwasanya kita perlu berterimakasih atas apa yang Allah berikan terhadap kita, beberapa caranya adalah dengan taat kepadaNya, menjalankan semua perintahNya dan menjauhi semua larangannya. Meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah kita kepadaNya.
Kemudian secara horisontal yaitu memperbaiki hubungan kita dengan sesama makhluk ciptaannya, bukan hanya sekedar hubungan ramah tamah, namun lebih utama untuk saling memberdayakan. Misalnya lebih rajin untuk menginfakkan hartanya, dan lain sebagainya.
Nah, apalagi dengan kondisi sekarang, ketika dunia sedang diserang pandemi Covid-19, bukan hanya sisi kesehatan saja yang krisis, namun segala sisi termasuk sisi ekonomi. Banyak saudara – saudara kita yang kehilangan mata pencahariannya oleh karena pandemi ini. Namun bukan berarti Allah tidak adil dan tidak sayang terhadap kita. Justru ini bukti kasih sayangNya, dimana Allah telah memberi kenikmatan lebih banyak daripada kesusahan.
Coba bayangkan, sebelumnya berapa banyak nikmat Allah yg diberikan kepada kita namun kita lalai untuk bersyukur kepadanya? Kondisi seperti sekarang ini marilah kita jadikan sebagai bahan evaluasi agar kita tetap bersyukur kepadaNya. Ingat, Allah tidak pernah memutus rezeki untuk hambanya.
Kemudian, sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada nabi Muhammad SAW. Ajaran Islam yang mulia ini tak lepas dari sosok pembawa Risalah dan sang suri tauladan Nabi Muhammad SAW. Karenanya ajaran dienul Islam ini sampai pada kita. Perjuangan Rasulullah SAW demi agama ini bukanlah perjuangan yang mudah. Perjuangan Rasulullah dalam menyampaikan Islam adalah perjuangan yang berat dan luar biasa. Pada waktu itu Rasulullah dihadapan kan banyak tekanan ketika menyampaikan Risalah dari Allah.
Kini tugas kita adalah meneladani apa yang dilakukan beliau. Dakwah, menyampaikan Islam , ber amar ma’ruf nahi munkar adalah kewajiban setiap muslim. Berdakwah memang bukan hal yang mudah, apalagi di zaman saat ini. Di zaman yang penuh kerusakan ini. Tapi ini tidak seberapa dengan apa yang dihadapi Rasulullah dan para sahabat dahulu. Namun setidaknya, ketika amanah dakwah ini terasa begitu pilu dan sulit ingatlah segera perjuangan Rasulullah.
Yang akan saya sampaikan pada kesempatan ini yaitu “Menjadikan Ramadan Sebagai Wahana Evaluasi Diri”.
Sudah banyak disebutkan dari berbagai sumber, baik dari Al-Quran, hadits dan juga kitab-kitab para ulama akan keutamaan bulan Ramadhan, bulan yang dipenuhi dengan ampunan Allah dan momen untuk meningkatkan ketakwaan. Namun momen ini akan terlewati begitu saja jika kita hanya terlena dengan budaya konsumtif di bulan Ramadhan.
Dewasa ini, aksi saling salah-menyalahkan juga nampak telah menjadi budaya yang tidak semestinya ada dalam tubuh bangsa ini. Sering kita rasakan ketika negeri ini menghadapi masalah baik dalam aspek politik, ekonomi, budaya ataupun moralitas, maka yang terjadi adalah rakyat menyalahkan pemerintah, pemerintah menyalahkan oknum, oknum menyalahkan oknum yang lain.
Maka sudah saatnya menjadikan momen ramadhan 1441 H ini sebagai ajang mengevaluasi diri, sebagai bentuk pendekatan diri kepada sang Khaliq pun juga sebagai bentuk pembenahan diri untuk kebaikan bangsa.
Sadara saudaraku, besok kita sudah memasuki sepuluh hari terakhir bulan ramadan. Namun pertanyaannya, 19 hari sebelumnya bagaimana? Sudahkah kita pergunakan sebaik mungkin? Sudahkah kita gunakan untuk hal hal yang lebih baik dari sebelumnya?
Marilah kita perhatikan, apakah puasa kita ini hanya sekedar menahan haus dan lapar? Menurut saya, tentu saja tidak. Jauh dari sekedar hal itu, ramadan juga sebagai refleksi hidup kita secara global.
Nah, kenapa tolak ukurnya ketika ramadan? Karena di bulan inilah waktu dimana kita mendapatkan keluasan untuk memaksimalkan amalan amalan kita. Bagaimana tidak? Pahala yang kita dapat dari amalan yang kita lakukan akan dilipat gandakan oleh Allah pada bulan ini.
Ingatlah saudaraku, bahwa manusia dapat menjadi makhluk yang sangat merugi akibat tidak saksama dalam memanfaatkan waktu. Mereka yang beruntung adalah mereka yang beriman, meyakini sepenuh hati, dan tanpa keraguan sedikit pun dalam dadanya. Dengan tekad bulat serta keteguhan hati yang mantap bahwa satu-satunya Tuhan yang wajib disembah adalah Allah SWT.
Namun, tidak cukup hanya dengan menyatakan beriman. Nilai-nilai keimanan itu harus senantiasa mengejawantah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga, di tempat kerja, maupun di mana saja. Nilai-nilai keimanan itu menjelma dalam bentuk amalan-amalan saleh yang dua di antaranya adalah senantiasa saling menasihati dalam menaati kebenaran dan menasihati supaya menetapi kesabaran.
Oleh karena itu, marilah kita bersama tengok kembali, mulai dari hal yang sangat mendasar seperti misalnya ibadah yang kita lakukan. Seperti sholat, sedekah dan lain sebagainya.
Apakah amalan yang kita lakukan di bulan ramadan ini seperti pada bulan bulan lannya? Atau justru ramadan ini kita jadikan sebagai wahana bermalas malasan? Karena berhubung memang situasi sedang seperti sekarang ini, ada pandemi Covid-19 sehingga pemerintah menganjurkan kita untuk tetap dirumah saja.
Namun kondisi demikian, bukan berarti kita menjadi malas untuk melakukan aktivitas aktivitas yang berguna untuk meningkatkan kualitas diri dan kehidupan kita.
Saudaraku, kalau amalan kita tidak ada peningkatan dari sebelumnya, artinya kita tidak dapat membuat ramadan ini sebagai refleksi untuk meningkatkan kualitas hidup kita.
Dan apabila ramadan ini hanya kita jadikan sebagai wahana bermalas malasan dengan dalih pandemi yang sudah saya katakan tadi dan membuat kita berfikiran seperti “puasa kan tidur saja ibadah”, artinya kita gagal mengartikan ramadan secara utuh.
Seharusnya, dengan kesadaran yang baik kita akan meningkatkan amalan kita di bulan ramadan ini. Prinsipdasarnya adalah karena pahala yang kita dapatkan atas amalan amalan yang kita lakukan akan dilipat gandakan oleh Allah SWT, ingat teman – teman, bahwa janji Allah itu pasti.
Tapi sesungguhnya tidak hanya sampai disitu saja, seperti di awal sudah saya katakan bahwa ramadan ini sebagai refleksi hidup kita secara global. Ketika amalan kita meningkat di bulan ini, sesungguhnya ada hal yang lebih berat daripada itu.
Yaitu mempertahankan dan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas amalan kita untuk waktu yang akan datang. Kuncinya adalah, “hari ini harus lebih baik dari hari kemarin”.
Pertanyaannya, mampukah kita melaksanakan itu? Ya, dibulan inilah kita ditempa untuk tujuan tersebut. Dan hal ini perlu kita sadari dengan baik dan benar.
Oleh karena itu tak sungkan saya kembali mengingatkan kepada diri saya dan saudara saudara semuanya untuk senantiasa memperbaiki diri dan terus meningkatkan kualitas diri dengan mengamalkan hal hal baik kepada semuanya.
Dan terakhir, semoga ramadan ini kita berhasil menjalaninya dengan sukses, artinya apa yang kita bicarakan di atas benar benar terealisasi. Tetap semangat dalam berbuat kebaikan.