EsaiMatur Opini

Mahasiswa dan Buku – Buku (Kiri) Bucin

sudah kah Anda membaca Buku hari ini? Sudah berapa buku yang kamu baca? Jika kamu mahasiswa semester empat maka sudah berapa seharusnya buku yang sudah semestinya dibaca?  Jika kamu mahasiswa akhir, sudah berkali-kali revisi?. Sebenarnya revisi dari dosenmu bukanlah suatu hal yang menyakitkan jika kita pahami secara intelektual.  

Dosen-dosen menyuruhmu revisi bukan karena ia tak suka padamu, mereka hanya ingin mahasiswanya lebih banyak membaca buku lagi. Dan memikirkan lagi matang-matang kesimpulan yang ia tulis.  

Mahasiswa kadang sering lupa, sudut pandang tak hanya dari satu arah. Bahkan ada ribuan arah yang seharusnya telah dibaca dahulu untuk melahirkan satu kesimpulan yang menyangkut banyak orang.  

Lupakan soal skripsi, kita kembali pada mahasiswa yang mengaku terpelajar. Mahasiswa yang terlalu vokal suaranya kini jarang lagi ditemukan. Bukan tidak ada, mereka ada. Tapi kemudian mereka menemui kerealistisannya dengan cepat, sehingga suaranya meredam tatkala disuguhkan puan-puan cantik dan uang gaya hidup.

Mereka tak mungkin jadi Tan Malaka, apalagi menjadi Soe Hok Gie dengan catatan-catatan kritik nya pada rezim kala itu. Bahkan Gie tak menempuh jalan kesenangan saat kawan-kawan seperjuangannya berbelok menduduki kursi-kursi empuk  yang diberikan oleh penguasa.

Gie memilih menatap langit dan melebur dengan alam serta angin gunung, dan mati disana.   Bagaimana dengan kita? Apatis terhadap hal-hal besar. Tak peka pada lingkungan sekitar. Atau kata Marjinal, kita hanya sedang berkutat pada Cinta Pembodohan? Pernah suatu hari ku dengar seorang penulis berkata  

“Mengetahui pemikiran seseorang,dapat dilihat dari apa yang dia baca”

Begitu kalimatnya keluar, agak tersinggung sebagian karena banyak yang tak baca. Tapi bukan berarti tanpa pemikiran? Sebaliknya aku tersinggung malu, kenapa tak bawa buku agak kanan saja? Dalam benak aku berpikir duh aku dibilang kiri bawa buku Madilog nih, gumamku.

Baca Juga  Moderasi Beragama dari Tinjauan Ekonomi Umat

Tapi benakku menolak, tak semua buku-buku yang  kita baca akan menjadikan kita seperti yang dibuku itu. Benar begitu? Ambilah Al-Qur’an Buku pedoman yang sering kita baca. apa sudah benar-benar kita pemikiran seseorang berdasar Qur’an? Tidak sering kita lupa.  

Jadi, membaca buku kiri tak mesti jadi kiri, baca buku kanan tak mesti jadi kanan. Begitu kira-kira penolakanku yang tergesa-gesa saat itu. Membaca buku bucin lebih menyenangkan daripada membaca buku yang isinya hanya “adalah” dan pengertian njlimet (baca : ribet) yang kadang sukar kita temui artinya.  

Kita yakini bahwa membaca buku tentang cinta atau telenovela yang romantisnya dapat kita imajinasikan sangat lah digemari, maka pertanyaannya sudah berapa buku yang kau lahap tentang cinta? Pertanyaannya tak berubah, jika kau mahasiswa, kapan terakhir menyelesaikan buku tentang cinta? Jika kau mahasiswa akhir, sudah berapa buku yang kau baca tentang asmara?

Bacalah, buku dan puisi cinta. Jika sajak-sajak penguasa tak lebih indah dari sajak romantisme dengan pasanganmu, dan bersiaplah untuk pedalamanmu yang kosong tak dinamis dan stagnasi pemikiran.


Editor : Marham Sari Zainuddin

Ilustrator : M. Aidrus A

2 2 votes
Article Rating

Related Articles

Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sofyan Adi Nugroho
3 years ago

yuh buat kita semua lebih sering lagi baca buku

Back to top button