EsaiMatur Opini

Covid Meningkat Lagi? Ini Konsep Islam Menghentikannya

Melansir dari wartaekonomi.co.id (01/06/2021) terhitung pada dua pekan setelah Idulfitri 2021, terjadi kenaikan kasus positif covid sebesar 56,6 persen. Pemerintah mengklaim angka ini masih lebih rendah dibanding kenaikan yang terjadi pada Lebaran tahun lalu, yakni 65,5 persen. Meski demikian, hal ini masih mengundang kritik. Sebab upaya pemerintah tahun ini dibandingkan tahun lalu jauh sangat berbeda.

Tahun ini pemerintah menganggarkan Rp169,7 triliun untuk dana pengendalian covid. Semakin ketat melarang mudik dengan tim pengamanan total 166.734 personel gabungan. Menggencarkan vaksinasi dengan anggaran sebesar Rp 60,5 triliun. Hingga menyubsidi hari belanja online nasional senilai Rp 500 milyar demi mencegah kerumunan di pasar-pasar. Sedangkan tahun lalu tidak demikian, tapi ternyata lebaran tahun ini pemerintah hanya mampu menekan kasus sekitar 10% dari tahun lalu.

Agaknya kita perlu kembali merenungi firman Allah SWT: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf: 96)

Apa yang terjadi di Indonesia ini bisa jadi diakibatkan lemahnya keimanan dan ketakwaan masyarakat dan pemerintah. Masih banyak aturan Allah swt yang belum diterapkan secara sempurna. Islam adalah agama sekaligus ideologi. Allah menurunkan ayat Al-Qur’an tak hanya mengatur soal ibadah ritual saja. Di dalamnya ada seperangkat sistem, yang jika diterapkan seluruhnya niscaya membawa berkah untuk semesta. Sebab sistem Islam itu bukan berasal dari ide manusia, melainkan dari Allah SWT yang menciptakan bumi dan segala isinya, termasuk virus Covid.

Covid seharusnya menyadarkan kita bahwa manusia begitu lemah. Hanya kekuatan Allah-lah yang mampu mengendalikannya. Maka kembali kepada aturan Allah SWT adalah solusi utama. Pemerintah perlu melakukan taubatan nasuha dengan merujuk kepada sistem politik Islam dan layanan kesehatan islam dalam mengatur rakyat Indonesia. Inilah bentuk kepasrahan, ketundukan, dan ketaatan total manusia kepada perintah Allah SWT sekaligus solusi fundamental untuk mengatasi wabah.

Dalam dunia medis dikenal istilah promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Rasulullah Saw. telah memberikan teladan yang sempurna dalam pelaksanaannya yang syar’i. Lalu diikuti oleh Khulafaur Rasyidin serta para Khalifah setelahnya. Dalam sejarah, hal ini terbukti ampuh menghentikan berbagai wabah sehingga negara lain mengikuti langkah mereka.

Baca Juga  Kesadaran Hak Antar Manusia Atas Alam

Secara promotif, Islam mengajarkan pola hidup sehat dimulai dengan menjaga kebersihan, makan makanan yang halal dan thoyyib, tidak suuzhon selalu berpikiran positif dan berperilaku positif, aktif beribadah yang secara medis terbukti bermanfaat untuk kesehatan, hingga berobat bagi yang sakit dihukumi sebagai ibadah sunnah.

Secara preventif, Islam mengajarkan agar menghindari sumber penyakit. Dari hadis nabi Muhammad Saw. menyebutkan: “Dan larilah dari penyakit lepra sebagaimana engkau lari dari kejaran singa.” (HR. Bukhari) “Maka apabila kamu mendengar penyakit itu menjangkit suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR. Bukhari Muslim)

Secara kuratif, Islam memerintahkan berobat tak hanya dengan obat herbal saja, tapi apa saja yang bisa menjadi sarana kesembuhan wajib ditempuh. Bahkan dalam fiqh, ulama juga mengambil kesimpulan bahwa ada keringanan jika berobat dengan zat haram hukumnya makruh tidak haram, selama belum ditemukan obat yang halal. Jadi Islam tidak membiarkan umatnya pasrah dengan penyakit apalagi jika itu menular.

Hadis Nabi riwayat Abu Said al-Khudri RA mengatakan, “Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan orang lain.” (HR. Malik, Daruquthni, Hakim dan Baihaqi) “Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, maka akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah SWT.” (HR. Muslim)

Termasuk di dalam pengobatan itu adalah vaksinasi agar wabah segera terkendali. Dalam Islam, metode vaksinasi bermula dari penemuan seorang ilmuwan muslim pada masa kekhalifahan Bani Abbasiyah bernama Abu Bakar Muhammad bin Zakaria ar-Razi (864 – 930) yang dikenali sebagai Rhazes di dunia barat. Vaksinasi dalam Islam sangat jauh dari prinsip kapitalisasi tetapi semata-mata dilaksanakan atas dorongan aqidah Islam sebagai bentuk ikhtiar menjaga keselamatan nyawa.

Baca Juga  Self-Love sebagai Kunci Sukses

Dalam hal rehabilitatif baik fisik, mental, maupun sosial pernah dicontohkan oleh Khalifah Bani Umayyah, yakni Walid bin Abdul Malik. Ia adalah orang pertama yang mendirikan rumah sakit (bimaristan) dengan kas negara sebagai karunia bagi orang sakit berupa pengobatan gratis. Ia berpesan kepada dokter yang ada di rumah sakit agar mengisolasi penderita penyakit lepra dalam ruangan khusus sehingga tidak menyebar ke orang lain, kemudian para pasien diberi uang sebagai pegangan.

Melansir dari helpsharia.com, Hossam Arafa dalam tulisan berjudul “Hospital in Islamic History” menyebut, Bimaristan senantiasa memperhatikan pasokan air dan kebersihan kamar mandi untuk memfasilitasi sholat sebab kondisi sehat ataupun sakit, shalat tetap merupakan sebuah kewajiban. Dalam tahap penyembuhan, pasien akan dipindahkan di ruangan khusus. 

Jika telah benar-benar sembuh maka dia diberi pakaian baru dan pesangon sampai pasien tersebut benar-benar bisa bekerja dan beraktifitas secara normal. Model ‘service’ seperti ini tetap berlanjut, hingga pelayanan tersebut membuat orang Perancis berdecak kagum saat mengunjungi rumah sakit Al-Mansuri di Kairo.

Keberhasilan politik Islam dalam penanganan kesehatan tentu tidak lepas dari mindset para pemerintah Islam yang memahami hadits Nabi Muhammad saw “Penguasa adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyatnya” (Bukhari dan Muslim). Dengan demikian para pemimpin wajib menentukan kebijakan terbaik demi keselamatan rakyat di dunia serta keselamatan mereka di akhirat.

Selain itu tak mungkin sistem kesehatan Islam ini bisa dilaksanakan sendiri, melainkan harus beriringan dengan sistem politik Islam yang menjadi landasan kebijakan kesehatan, juga sistem ekonomi Islam yang menopang terselenggaranya kebijakan ini, sistem pendidikan Islam untuk memberikan edukasi masyarakat, dsb. Wallahu a’laam


Editor : Rahayu Suciati

Baca Juga  Pentingnya Yakin dan Tawakal kepada Allah SWT

Ilustrator : Sofyan Adi Nugroho

4.8 4 votes
Article Rating

Related Articles

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Back to top button