EsaiMatur OpiniTausiyah

Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkannya

Ilmu adalah pengetahuan tentang sesuatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.

Perintah Menuntut Ilmu

Al-Qur’an tidak secara langsung mengutarakan mengenai kewajiban mencari ilmu atau mengembangkan ilmu pengetahuan, namun hal tersebut tersirat di dalam beberapa ayat yang menunjukkan kewajiban menuntut ilmu, seperti:

Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,”Berilah kelapangan di dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” (Q.S. Al-Mujadilah [58]: 11 )

Berdasarkan Surat al-Mujadilah ayat 11 di atas, menjadi jelaslah bahwa menuntut ilmu merupakan perintah langsung dari Allah SWT. Karena orang yang menuntut ilmu akan diangkat derajatnya oleh Allah beberapa derajat.

Sementara Nabi SAW menegaskan dalam hadits yang terkenal sebagai berikut:

“Dari Anas bin Malik ia berkata; Rasulullah SAW. bersabda: Menuntut ilmu adalah kewajban bagi setiap muslim. Dan orang yang meletakkan ilmu bukan pada ahlinya, seperti seorang yang mengalungkan mutiara, intan dan emas ke leher babi.” (HR. Ibnu Majah: 220)

Hadits tersebut mengandung arti bila mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim, baik laki-laki maupun perempuan, anak-anak maupun orang dewasa, serta tidak ada alasan untuk malas mencari ilmu. Ilmu yang wajib diketahui oleh setiap muslim adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tata cara peribadatan kepada Allah SWT. Sedangkan ibadah tanpa ilmu akan mengakibatkan kesalahan, dan ibadah yang salah tidak akan dapat diterima oleh Allah.

Keutamaan Orang Menuntut Ilmu

Penekanan terhadap pentingnya ilmu dapat terlihat juga dari kedudukan orang-orang yang mencari, memiliki, mengajarkan dan mengamalkan ilmu (‘ulama). Al-Qur’an menegaskan bahwa sangat berbeda sekali antara orang yang mengetahui dan orang yang tidak mengetahui. Seperti firman-Nya:

Baca Juga  Novel Si Anak Pelangi: Belajar Memaknai Keragaman

(apakah kamu Hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadat di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: “Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” (Q.S. Az-Zumar [39]: 9)

Secara khusus Nabi Muhammad SAW juga menjamin bila orang yang berilmu dan ilmunya tersebut bermanfaat bagi orang lain, maka pahalanya akan terus mengalir walau orang yang bersangkutan telah meninggal dunia.

Dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Apabila salah seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah segala amalannya kecuali tiga perkara; sedekah jariyah, ilmu yang bermanfa’at baginya dan anak shalih yang selalu mendoakannya.” (HR. Muslim: 3.084)

Kedudukan Ulama Dalam Islam

Allah menjadikan mereka (para ulama) sebagai makhluk yang berkedudukan tinggi setelah malaikat, dalam masalah kesaksian keesaan Allah SWT. Hal ini sebagaimana firman Allah SWT:

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang berilmu (juga menyatakan demikian itu). Tak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. Ali Imram [3]: 18)

Nabi SAW, juga menegaskan bahwa ulama adalah pewaris para Nabi. Hal ini sesuai hadits yang diriwayat oleh Abu Dawud sebagai berikut:

Para ulama adalah pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinas dan dirham, mereka hanyalah mewariskan ilmu.” (HR. Abu Dawud: 3.157)

Berdasar hadist di atas, bahwa ulama merupakan ahli waris nabi. Maka dari itu ulama mempunyai tugas sesuai dengan apa yang dikerjakan nabi (Ghofur, 2007). Tugas-tugas tersebut di antaranya adalah :

  1. Menyampaikan ajaran kitab suci secara baik dan bijaksana dengan tidak mengenal takut dan siap menanggung resiko.
  2. Menjelaskan kandungan kitab suci.
  3. Membawa kabar gembira, memberi peringatan, mengajak kepada Allah dan memberi cahaya.
  4. Memberi putusan atas problem yang terjadi di masyarakat.
Baca Juga  Kata-Kata Soe Hok Gie dalam Buku "Zaman Peralihan" yang Terkenal

Selain masalah ketinggian derajat para ulama, Al-Quran juga menyebutkan dari sisi mentalitas dan karakteristik, bahwa para ulama adalah orang-orang yang takut kepada Allah SWT. Sebagaimana disebutkan di dalam salah satu ayat:

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Q.S. Faathir [35]: 28)


Editor : Nagita Histimuna Aisyah

Ilustrator : Sofyan Adi Nugroho

0 0 votes
Article Rating

Aprilia Damayanti

Mahasiswa dari kampus Institut Teknologi Dan Bisnis Ahmad Dahlan Jakarta (ITB Ahmad Dahlan)

Related Articles

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Back to top button