EsaiMatur Opini

Kata-Kata Soe Hok Gie dalam Buku “Zaman Peralihan” yang Terkenal

Siapa yang tidak mengenal Soe Hok Gie? Jika kamu seorang mahasiswa dan belum mengenal sosok aktivis mahasiswa ini, kamu harus terus melanjutkan membaca artikel ini hingga akhir.

Soe Hok Gie adalah mahasiswa angkatan 66 lahir pada 17 Desember 1942 di Jakarta, merupakan keturunan Tionghoa yang memiliki jiwa nasionalis yang tinggi, Gie turut menjadi arsitek demonstrasi-demonstrasi besar di Jakarta pada masa kekuasaan orde Lama.

Selain menjadi aktivis, Gie aktif dalam menulis. Gie juga menulis banyak soal realitas sosial anak muda Indonesia saat itu dan dari tulisan-tulisannya kita dapat mengenal Gie merupakan sosok yang kritis dan idealis. Berikut merupakan contoh kata-kata Gie dari buku Zaman Peralihan yang bisa kita kutip.

Temannya juga memuji Gie sebagai pemuda yang berani, karena dialah yang pertama kali melontarkan tentang adanya penahanan besar-besaran di pelosok Jawa dan Bali, tanpa proses pengadilan.1

Tetapi saat yang malang juga menimpa mahasiswa-mahasiswa Indonesia. Mahasiswa terpecah dua. Sebagian dari mereka melihat bahwa besarnya pengaruh politik yang ada di tangan Mahasiswa haruslah dipergunakan secara efektif.2

Masyarakat Mahasiswa yang dulu berdemonstrasi. Marah dan benci terhadap pemimpin-pemimpin seperti ini, karena mereka telah mencatut nama mahasiswa dan perjuangan.3

Mereka berhasil ‘menjinakkan’ tokoh-tokoh mahasiswa dengan memberikan kursi-kursi empuk di Parlemen, mobil mewah dan kenikmatan materil lainnya.4

Kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrasi dan slogan-slogan.5

Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. Dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat.6

Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula fisik yang sehat. Karena itulah kami naik gunung.7

Sebagian pemimpin-pemimpin KAMI adalah maling juga. Mereka korupsi, mereka berebut kursi, ribut-ribut pesan mobil.8

Jakarta adalah sumber hipokrisi, kemunafikan dan dekadensi manusia.9

Terlalu banyak penyelewengan dan pelanggaran hukum yang dibiarkan sampai sekarang. Akhirnya, timbul pertanyaan dalam diri saya. “Apakah mereka kuli penguasa ataukah pemegang saham yang juga bisa ikut memutuskan secara wajar?” 10

Kebebasan Pers hendaknya diikuti oleh kecepatan kerja aparat penegak hukum. Sebab jika tidak, yang terjadi hanyalah kekecewaan-kekecewaan yang akhirnya menjadi tenaga-tenaga perusak dalam masyarakat.11

Itulah kata-kata dari Soe Hok Gie yang diambil dari buku Zaman Peralihan. Bagikan artikel ini kepada teman-teman kamu, agar mereka juga dapat membacanya.

Baca Juga  Esensi Mujahadah Dalam Kitab Riyadhus Sholihin

Catatan Kaki :

[1] ditulis oleh Editor bernama Stanley & Aris Santoso dalam Halaman Awal Buku ‘Zaman Peralihan’ hal. vii

[2] ditulis dibawah sub-judul ‘Perselisihan Tentang Fungsi Mahasiswa’ Gie menganggap bahwa mahasiswa disaat runtuhnya orde lama yang korup menjadi memiliki pengaruh politik yang besar. Namun, ada perpecahan di kalangan mahasiswa. Kalangan pertama yaitu kalangan mahasiswa yang berpikir sudah saatnya Mahasiswa membangun negara dan meninggalkan sekolah. Lihat di Buku ‘Zaman Peralihan’ Hlm. 35

[3] Gie merasa golongan mahasiswa yang sudah duduk di parlemen telah mencatut nama mahasiswa dan perjuangan, setelah melihat para mahasiswa golongan ini bermegah-megahan. Ibid, Hlm. 37

[4] Ibid. Hlm. 38

[5] Ada pada sub-judul ‘Menaklukan Gunung Slamet’ hlm. 40

[6] ibid. Hlm. 40

[7] ibid. Hlm40-41

[8] ibid. Hlm. 44

[9] ibid. Hlm. 44

[10] ibid.  Hlm. 77

[11] ibid. Hlm. 83


Editor : Rahayu Suciati

Ilustrator : Sofyan Adi Nugroho

4 1 vote
Article Rating

Related Articles

Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Inline Feedbacks
View all comments
Back to top button